ca-app-pub-7044437663567666/2222590119

Click Here. Get Money

HUBUNGAN ANTARA AGAMA, FILSAFAT DAN KEINDAHAN



BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Mempelajari Filsafat Pendidikan Islam berarti memasuki arena pemikiran yang mendasar, sistematis, logis, dan menyeluruh (universal) tentang pendidikan, yang tidak hanya dilatar belakangi oleh ilmu pengetahuan agama Islam, melainkan menuntut kita untuk mempelajari ilmu-ilmu lain yang relevan. Melakukan pemikiran Filosofis pada hakikatnya adalah usaha menggereakkan semua potensi psikologis manusia seperti pikiran, kecerdasan, kemauan, perasaan, ingatan serta pengamatan pancaindra tentang segala kehidupan, terutama manusia dan alam sekitarnya sebagai ciptaan Tuhan.
Berbicara tentang keindahan, mau tidak mau, kita harus menengok jauh kebelakang, yaitu zaman Yunani Kuno pada abad ke-18. Pada saat itu pengertian keindahan telah dipelajari oleh para filsuf. Menurut The Liang Gie dalam bukunya Garis besar estetik (Filsafat keindahan) keindahan itu dari bahasa Inggris, yaitu terjemahan dari kata Beautiful, bahasa perancis yaitu beau, Itali dan Spanyol yaitu bello.Kata-kata itu berasal dari kata Latin bellum. Akhirnya katanya adalah bonum yang berarti kebaikan kemudian mempunyai bentuk pengecilan menjadi bonellum dan terakhir dipendekkan sehingga menjadi bellum.
Agama menurut kamus besar bahasa Indonesia adalah system yang mengatur tata keimanan (kepercayaan) dan peribadatan kepada tuhan yang Mahakuasa serta tata kaidah yang berhubungan dengan pergaulan Manusia serta Lingkungannya. Kata agama berasal dari kata Sangsekerta, Agama yang berarti “Tradisi”. Sedangkan religi yang berasal dari latin religio dan berakar dari kata kerja re-ligare yang berarti “mengikat kembali”.
B. RUMUSAN MASALAH
1.      Bagaimana hubungan antara agama, keindahan dan filsafat?
C. TUJUAN MASALAH
1.      Untuk mengetahui kehidupan, terutama manusia dan alam sekitarnya sebagai ciptaan Tuhan. Yang berhubungan dengan Agama, Filsafat, dan keindahan.



BAB II
PEMBAHASAN
A. FILSAFAT
Filsafat, seperti dikemukakan Jenny Teichmann, membahas masalah-masalah yang bersifat umum (general), dan mendasar (fundamental) Tujuan dari pencarian dan penyelidikan Filsafat adalah untuk mendapatkan pemahaman yang mendalam menyangkut masalah-masalah yang dikaji baik berupa ilmu, kebenaran, akal dan nilai-nilai.
Inti dari Filsafat, menurut ‘Abit Jabiri adalah pemikiran atau (al-fikr) tepatnya menciptakan pemikiran (khalq al-mafahim), bukan dari tiada (lasya min al-‘adam), melainkan dari sesuatu (pemikiran) yang sudah ada sebelumnya (‘an syay’inma). Penciptaan pemikiran itu memiliki tiga kemungkinan. Pertama, menciptakan dalam arti mengulang pemikiran-pemikiran (paham-paham) lama. Kedua, menciptakan dalam arti memperkuat pemikiran-pemikiran yang dominan dalam suatu masyarakat. Ketiga, mencipkan dalam arti menganalisis dan mengkritik paham-paham yang dianggap menyimpang. Semua pemikiran, bagi Jabiri, terikat oleh ruang dan waktu (al-fikr al-waqt) alias temporal (ma’aqqat). Jadi, tak ada pemikiran yang lain dari ruang yang kosong. Setiap pemikiran, sesungguhnya merupakan intraksi dan respon terhadap pemikiran yang berkembang pada zamannya atau pada masa sebelumnya.
Berlainan dengan kajian dan studi pada umumnya, kajian filsafat memiliki beberapa ciri yang khas seperti berikut ini.
Pertama, bersifat kritis , karena filsafat mengkaji dan mempertanyakan suatu masalah secara kritis.
Kedua, radikal dalam arti bahwa filsafat mengkaji suatu masalah untuk menemukan hakikat akan hal yang paling mendasar dari suatu masalah itu.
Ketiga, umum dan universal, bukan bagian-bagian yang bersifat particular. kajian kefilsafatan selalu merupakan renungan mengenai suatu masalah.
Keempat, peikiran filsafat bersifat Spekulatif dalam arti bergerak dan berputar pada tataran pemikiran semata-mata.
Kajian kefilsafatan selalu berupa perenungan yaitu:
Ø  RENUNGAN
Renungan berasal dari kata renung, merenung artinaya dengan diam-diam memikirkan sesuatu atau memikirkan sesuatu dengan dalam-dalam. Renungan adalah hasil merenung.
Setiap orang pernah merenung. Sudah tentu kadar renungnya berbeda satu sama lain, sekalipun objek yang direnungkan sama. Apabila objek renungnya berbeda. Jadi, apa yang direnungkannya itu tergantung kepada objek dan sabjek.
Setiap kegiatan untuk merenung atau mengefaluasi segenap pengetahuan yang telah dmiliki disebut filsafat. Akan tetapi, tidak semua orang mampu berfikir kefilsafatan. Pemikiran kefilsafatan mendasarkan diri kepada penalaran. Yaitu proses berfikir yang logis dan analkis. Berfikir merupakan kegiatan untuk menyusun pengetahuan yang benar. Berfikir logis menunjuk pola berfikir secara luas. Kegiatan berfikir dapat disebut ligis ditnjau dari suatu logika tertentu. Dengan demikian, kemungkinan suatu pemikiran yang logis akan menjadi tidak logis bila ditinjau dari sudut yang lain.
Penalaran merupakan kegiatan berfikir yang juga menyandarkan diri pada suatu analisis. Analisis adalah kegiatan berfikir berdasarkan langkah-langkah tertentu. Pemikiran kefilsafatan mendasarkan diri kepada logika analitis.
Pemikiran kefilsafatan mempunyai tiga macam ciri-ciri, yaitu:




















Ø  KESERASIAN
Keserasian berasal dari kata serasi; dengan kata dasarnya adalah rasi yang artinya cocok, sesuai, atau kena benar. Kata cocok mengandung pengertian perpaduan, ukuran dan seimbang. Perpaduan misalnya, orang yang berpakaian serasiantara kulit dan warna pakaiannya. Orang hitam yang memakai warna hijau pantas dipakai orang berkulit kuning. Dalam menata rumah dan halaman, rumah yang bagus dengan halaman luas yang tersusun rapi dengan bunga-bunga yang indah, akan dipandang serasi.
Keserasian identik dengan keindahan. sesuatu yang serasi tentu akan tampak indah. Oleh karena itu, sebagian ahli pikir berpendapat bahwa keindahan ialah sejumlah kualita pokok tertentu yang terdapat pada suatu hal. Kualita yang paling sering disebut kesatuan (unity), keselarasan (harmony), kesengkatupan (symmery), keseimbangan (balance), dan perlawanan atau pertentangan (contrast).
Pendapat lain mengatakan bahwa pengalaman estetik merupakan suatu keselarasan dinamikdan perenungan yang menyenangkan. Dalam keselaran itu seseorang memiliki perasaan tenang dan mempunyai cita rasa yang baik dan merasa hidupnya berada di tengah-tengah kesempurnaan yang menyenangkan hati dan ingin memperpanjangnya.
Dalam mencipta seni, ada dua teori yakni teori objektif dan teori subjektif. teori subjektif menyatakan bahwa keindahan adalah terciptanya nilai-nilai estetikyang merupakan kualitas yang melekat pada benda itu.
Dalam perimbangan sebagai cabang teori objektif bahwa keindahan merupakan suatu kualita dari benda. Contohnya ialah bangunan arsitektur Yunani Kuno yang bagian atap bersusun dan ditopang tiang-tiang besar dengan ukuran seimbang, sehingga tampak harmonis dan serasi. atap yang bersusun itu, tercipta dari hubungan bagian yang berimbang berdasarkan perbandingan angka-angka.
Keserasian tidak ada hubungan dengan kemewahan. sebab keserasian merupakan perpaduan antara warna, bentuk, dan ukuran. Keserasian merupakan pertentangan antara nada-nada tinggi-rendah, keras-lembut dan panjang-pendek. Kadang-kadang kemewahan bias menunjang keserasian, tetapi hal itu tidak selalu terjadi.






Ø  KEHALUSAN
Kehalusan berasal dari kata halus, artinya tidak kasar (perbuatan) lembut, sopan, baik (budi bahasa), beradap kehalusan berarti sifat-sifat yang halus, sopan, dan beradap. Halus bagi manusia adalah sikap lembut dalam menghadapi orang lain. Lembut dalam kata-kata, lembut dalam roman muka, lembut dalam sikap anggota badan lainnya. Lawannya ialah sikap kasar atau sikap emotional, sombong, kaku, atau bermusuhan.
Sikap halus atau lembut merupakan gambaran hati yang tulus serta cinta kasihterhadap sesame. Oleh sebab itu, orang yang bersikap halus atau lembut biasanya suka memperhatikan keperluan orang lain, dan suka menolong orang lain. Juga merupakan perwujudan dari sifat-sifat ramah, sopan sederhanadalam pergaulan.
Kehalusan dan kekasaran dapat dilihat dari gerak laku, roman muka, tutur bahasa. Anggota badan yang melahirkan sikap kehalusan itu ialah kaki, tangan, kepala, mulut, bibir, mata, dan bahu.
Bagian rohaniah yang melahirkan sikap kemauan, perasaan, dan pemikiran atau karsa, rasa dan cipta. Tiga unsur rohaniah ini saling berkaitan, saling mempengaruhi, dalam mewujudkan tingkah laku, tutur bahasa, perbuatan, sehingga dapat dinilai kehalusan atau kekasarannya. Cipta, rasa, dan karsa itu membuat orang bergerak, karena itu ketiganya disebut trias dinamika.
Prinsip hidup kekeluargaan harus didasarkankepada cinta kasih, keadilan, kejujuran, kesetiaan, ketertiban, kedisiplinan. Pergaulan yang didasarkan pada prinsip itu akan melahirkan kehalusan dalam pergaulan. Sekurang-kurangnya ketentraman dan kesejahteraan.
Karya seni adalah hasil ciptaan manusia yang mempunyai nilai-nilai tertentu. Nilai itu antara lain nilai inderawi, nilai bentuk, nilai pengetahuaan. Nilai-nilai itu terwujud dalam bentuk lahir yang dapat dinikmati oleh indera kita (mata, telinga) sehingga memuaskan hati kita.
Hasil seni sangat berpengaruh terhadap jiwa dan perbuatan manusia. Banyak orang menangis karena seni (seni drama, film, seni suara), namun banyak juga orang yang melenggang-lenggang karena irama music. banyak orang merasa tentram, damai, dan bahagia mendengarkan lagu-lagu yang tenang menghanyutkan. Itulah sebabnya bagi orang tua yang menginginkan anak-anaknya berperasaan halus, dianjurkan untuk memutar lagu-lagu klasik.[1]


BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
B. SARAN



DAFTAR PUSTAKA
Prof. H. Arifin Muzayyin, M. Ed, PT. Bumi Aksara, Jakarta: Oktober 2003.
Dr. A Ismail Ilyas, M.A & Hotman, Prio. M.A Kencana PrenadaMedia Group, Jakarta: 2011
Mawardi, Hidayati nur, Bandung: Pustaka setia, 2000







[1] Ibid., hal. 38
0 Komentar untuk "HUBUNGAN ANTARA AGAMA, FILSAFAT DAN KEINDAHAN"

Easy Get Money

Entri Populer

Back To Top